Selasa, 30 September 2014

#6 Journey - A different kind of truth

Si Fulan-pun melanjutkan perjalanan...

Keprihatinan kembali menyapanya, dia berjumpa begitu banyak kaumnya. Di tengah kebahagiaan bertemu saudara, terselip juga rasa sedih demi melihat ada beberapa yang hanya ‘menampilkan‘ diri sebagai ‘saudara‘ tapi dengan perilaku dan perbuatan yang jauh dari ajaran yg dianutnya. Fulan sedih sudaranya itu tidak menyadari bahwa penampilannya didepan masyarkat itu membawa tanggung jawab besar, yaitu menjunjung dan menjaga kesucian ajaran yang diwakilinya. 

Ketika dia berbuat nista, kebenaran agamanya akan dipertanyakan oleh semua orang dan akan berimbas pula kepada saudaranya yang lain karena masyarakat akan memukul rata bahwa merekapun sama ‘parahnya‘ dengan dirinya hanya karena membawa ‘bendera‘ yg sama. Akan tetapi ada sedikit angin sejuk ketika dia mengarahkan pandangan ke tempat lain, ternyata masih ada yang masih tetap menjaga kehormatan diri dan agamanya...

Fulan tersenyum... Berharap masyrakatpun akan berpikir objekif bahwa tidak bisa menilai suatu kaum hanya dari perilaku satu atau beberapa orang saja, kita harus melihat lebih luas dan menelaah lebih dalam, baru kita bisa menilai... Dan kembali Si Fulan tersenyum... masih ada harapan... katanya dalam hati..

#5 Journey - The Enemy Inside

...di awal perjalanannya, Fulan sudah mendapati kesedihan mengenai pandangan orang terhadap dirinya, hanya karena perbuatan seseorang dengan penampilan hampir senada dengan apa yang dia kenakan, dia juga dituduh berasal dari kelompok yang sama yang telah berbuat jahat dan menyakiti orang-orang tak bersalah...? 

Si Fulan paham benar mengenai dampak pemberitaan sepihak media massa akan sangat berpengaruh terhadap penilaian orang terhadap dirinya, dan bahkan akan menjadi senjata ampuh buat pihak tertentu untuk memanfaatkan pencitraan buruk media serta memojokkan diri dan keyakinannya. Padahal dia hanya ingin menyebarkan dan memberitahukan ajaran suci yang telah diamanahkan oleh Nabi Besar-nya dengan damai, lemah lembut dan samaa sekali tanpa paksaan...? 

Si Fulan hanya bisa menghela nafas panjang... dia tersinggung, kecewa, marah, sedih tumpah ruah jadi satu, tapi dia tahu dia harus mampu menahan diri, karena melampiaskan kemarahan tidak akan merebut simpati siapapun. malah hanya akan memicu masalah lain atau malah memperparah anggapan orang bahwa dia memang suka kekerasan.. Tidak,tidak, tidak... dia harus tetap tenang... dia harus tetap dijalurnya... 

Dia tahu, mereka beranggapan dan bersikap seperti itu hanya karena mereka tidak tahu. Oleh karenanya dia harus tetap menyampaikan dengan santun pada siapapun yang dia temui dalam perjalanannya bahwa ajaran yang dibawanya tidak seperti yang sering orang dengar di media masa... Dan dia yakin bahwa dia tidak sendiri ...

Kamis, 25 September 2014

#4 Journey - "ain't know me ? dont judge me."

... pada perjalanan selanjutnya Si Fulan berniat mengunjungi Sang Paman yang memang sudah lama tak terdengar kabarnya, kemudian si Fulan memutuskan ke staisiun kereta api dan membeli tiket untuk ke rumah pamannya, di peron dan ruang tunggu Fulan tertegun sejenak, sedikit terkejut..., beberapa pasang mata menatap curiga, sebagian membuang muka dengan sinis, yang lain berusaha menjaga jarak, menjauh ...

KENAPA? karena pecinya? cambangnya? celana cingkrang se-tulang keringnya? lantas kenapa dengan semua itu?!

Si Fulan memang sengaja menunjukkan jati dirinya, siapa dia sebenarnya karena dia bangga... tanpa ada sedikitpun rasa takut untuk menjadi tidak populer, tidak diterima dalam satu komunitas, tidak bisa mendapat pekerjaan, atau bahkan ditakuti oleh lingkungan sekitarnya, Fulan sama sekali tidak takut dengan agamanya sendiri... dia hanya berusaha menjalankan sunnah yang diperintahkan Nabi Besarnya, dan karena dia yakin penampilannya adalah untuk mewakili suatu ajaran yang sangat manusiawi dan memanusiakan manusia, penuh kasih sayang terhadap sesama, lemah lembut dalam menyampaikan, jauh dari kekerasan dan prasangka buruk...,

... dan finalnya Fulan ditolak untuk naik kereta meski tiket sudah di tangan, dengan lesu Fulan berlalu hendak mencari transportasi lain, belum lama berselang tiba-tiba terdengar ledakan dahyat bergemuruh ternyata kereta yang batal dinaiki meledak ?
Bergumam Fulan dalam hati, "……???"

Senin, 22 September 2014

#3 Journey - Phobia, Public Enemy

.... pada sepenggal perjalanannya si Fulan terpaku melihat banyaknya antrian yg menimbulkan phobia di masyarakat, takut kehabisan, rela berjam-jam antri hanya demi mendapatkan jatah yang semoga masih berharga 'lama'...

Dalam keheranan hatinya, si Fulan bertanya kenapa bisa terjadi antrian panjang yang lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya ini?, 'kekompakan' atas reaksi ketakutan masyarakat kehabisan barang?
Atau ada pihak yang sengaja memanfaatkan kesempatan memancing dalam air keruh demi keuntungan sendiri dan mengacuhkan lainnya?

Seandainya tiap pribadi tidak mementingkan dirinya sendiri, tentu akan lebih banyak kepentingan umum yang  terlayani dan lebih banyak keuntungan yang didapat oleh pedagang karena pahala memudahkan urusan orang  yang sedang sangat membutuhkan, dibanding menimbun barang dan membuat kesusahan bagi banyak orang...

Jumat, 19 September 2014

#2 Journey - am i Fulan ? ... yes i am

....ada sesuatu dalam hatinya yang tidak percaya dengan apa yang didengar telinganya atau dibaca melalui matanya mengenai agama yang memang sudah dianutnya sejak dia lahir. Dia memang bukan penganut yang baik, tapi dia merasa mengenal ajaran yang disampaikan oleh Nabi Besarnya, dan kabar yang dia terima adalah berbalik dengan apa yang dia ingat... 
Ajaran yang selalu mengajak dan menyampaikan dengan santun dan lemah lembut, tanpa ada tekanan, paksaan, apalagi hukuman apabila menolak. Hanya satu persyaratan yang dibutuhkan, yaitu mau menerima kebenaran dengan ikhlas hanya  karena Sang Pencipta...
Akhirnya dia memutuskan untuk berkelana berusaha mencari tahu, masih adakah "kebenaran hakiki yang sempat dia dengar melalui kedua telinga bayinya, sebuah ajakan untuk menunaikan sholat dan menuju kemenangan yang dilantunkan ayahanda tercintanya... ?

#1 journey - we are moslem not terrorist

.....Alkisah, perjalanan Si Fulan bermula dari rasa kesedihannya mengenai kabar berita dari media massa, koran, radio, televisi, internet maupun film yang menyudutkan kaumnya, muslim, yang selalu dikaitkan dengan tindakan kekerasan, kerusuhan, arogansi mengenai berbagai macam permasalahan di masyarakat sekitarnya...