Keprihatinan kembali menyapanya, dia berjumpa begitu banyak kaumnya. Di tengah kebahagiaan bertemu saudara, terselip juga rasa sedih demi melihat ada beberapa yang hanya ‘menampilkan‘ diri sebagai ‘saudara‘ tapi dengan perilaku dan perbuatan yang jauh dari ajaran yg dianutnya. Fulan sedih sudaranya itu tidak menyadari bahwa penampilannya didepan masyarkat itu membawa tanggung jawab besar, yaitu menjunjung dan menjaga kesucian ajaran yang diwakilinya.
Ketika dia berbuat nista, kebenaran agamanya akan dipertanyakan oleh semua orang dan akan berimbas pula kepada saudaranya yang lain karena masyarakat akan memukul rata bahwa merekapun sama ‘parahnya‘ dengan dirinya hanya karena membawa ‘bendera‘ yg sama. Akan tetapi ada sedikit angin sejuk ketika dia mengarahkan pandangan ke tempat lain, ternyata masih ada yang masih tetap menjaga kehormatan diri dan agamanya...
Fulan tersenyum... Berharap masyrakatpun akan berpikir objekif bahwa tidak bisa menilai suatu kaum hanya dari perilaku satu atau beberapa orang saja, kita harus melihat lebih luas dan menelaah lebih dalam, baru kita bisa menilai... Dan kembali Si Fulan tersenyum... masih ada harapan... katanya dalam hati..